Dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional, Bupati Ipuku juga meluncurkan inovasi Si-Denakwangi yang merupakan singkatan dari Aplikasi Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Kabupaten Banyuwangi. Aplikasi ini digunakan untuk mengetahui jenis disabilitas siswa berkebutuhan khusus.
Si-Denakwangi memuat berbagai fitur yang mencakup berbagai kriteria penyaringan awak kapal. Itu akan keluar dari asuransi peringkat terhadap anggota kru terkait.
“Laporan ini menjadi bahan bagi guru pendamping khusus untuk membuat program pendidikan individu (IPP) sesuai kondisi,” kata Ipuk.
“Dengan demikian layanan dan pendidikan yang dilaksanakan GPK benar-benar sesuai dengan kondisi siswa berkebutuhan khusus dan kami berharap hal ini dapat memaksimalkan prestasi mereka,” jelasnya.
Kepala Dinas Pendidikan Suratno mengungkapkan, saat ini terdapat 181 sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di Banyuwangi, mulai dari tingkat PAUD, SD, SMP, dan SMA. Ia mengatakan, sekolah tersebut didampingi oleh 11 sekolah luar biasa (SLB) yang berperan sebagai konsultan dan jumlah guru pendamping khusus (GPK) sebanyak 250 orang.
“Kami secara berkala memberikan bimbingan teknis kepada para GPK ini untuk meningkatkan kapasitasnya. “Sehingga mereka dapat menunaikan tugasnya dengan baik dalam menjembatani kesulitan belajar ABK di sekolah inklusi,” ujarnya.
Suratno mengatakan, salah satu sekolah di Banyuwangi yakni SMPN 3 Banyuwangi berhasil meraih Top 45 Pelayanan Publik Terbaik Nasional atas inovasinya Lebur Seketi (Layanan Inklusif bagi Siswa Berkebutuhan Khusus dengan Pendekatan Hati).
“Pendidik juga akan menjemput peminat HDPK di rumah untuk mendaftar. Bahkan setelah selesai sekolah, mereka akan didampingi dan dibawa untuk mendaftar ke jenjang selanjutnya,” ujarnya.
“Itu terjadi pola untuk sekolah lain di Banyuwangi,” imbuh Suratno.
Quoted From Many Source