Jokowi dan Bos BI Buka Suara, Dolar Anjlok Rp 15.500


Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiya yang mengejutkan pasar pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI 2023) dan perlambatan perekonomian Tiongkok.

Laporan dari RefinitifRupiah ditutup melemah pada Rp15.505/US$ atau terdepresiasi 0,75%. Pelemahan tersebut mematahkan tren penguatan yang terjadi selama tiga hari berturut-turut sejak 27 November 2023.

Sedangkan Indeks Dolar AS ( DXY ) menguat 0,04% ke level 102,80 pada pukul 09.02 WIB. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan Rabu (29/11/2023) yang berada di level 102,76.


Pelemahan rupiah yang terjadi hari ini (30/11/2023) diduga disebabkan oleh reaksi pelaku pasar terhadap sejumlah tantangan yang masih akan dihadapi rupiah pada tahun depan, seperti diungkapkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dan Presiden Joko Widodo pada Rapat Tahunan Bank Indonesia (PTBI) kemarin malam, Rabu (29/11/2023).

Jokowi menegaskan, kondisi global sedang kurang baik seiring dengan perlambatan ekonomi di China, tingginya suku bunga Amerika Serikat (AS), dan ketegangan geopolitik.

Jokowi juga menggambarkan peperangan yang terjadi di dunia terjadi secara tiba-tiba, tanpa ada tanda-tanda di awal. Hal tersebut diungkapkan Presiden Jokowi pada rapat tahunan Bank Indonesia (PTBI).

“Kalau perang di Ukraina, tidak ada hujan, tidak ada angin, tiba-tiba ada perang, Gaza, tidak ada hujan, tidak ada angin, tiba-tiba ada perang,” tegas Jokowi.

Saya setuju dengan pernyataan Jokowi, Gubernur BI Perry Warjiyo juga mengungkapkan perekonomian global masih dibayangi gejolak akibat kondisi geopolitik, perekonomian Tiongkok yang terus menyusut, dan perang dagang.

READ  Ramalan Zodiak Hari Ini 10 Desember 2023: Cancer Kendalikan Emosi, Aries Lebih Percaya Diri

Dunia masih dibingungkan dengan perang Rusia-Ukraina, perang dagang AS-China, dan kini konflik Israel-Palestina, jelas Perry Warjiyo dalam rapat tahunan Bank Indonesia (PTBI), Rabu (29/11/2023). .

Tidak sampai disitu saja, kontraksi yang terus terjadi di Tiongkok dibuktikan dengan PMI manufaktur periode November sebesar 49,4 yang menandakan perekonomian Tiongkok masih belum tumbuh dengan baik.

Hal ini penting mengingat Tiongkok merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan mitra dagang Indonesia. Situasi ini berdampak besar pada ekspor RI yang anjlok, yang kemudian tercermin pada neraca transaksi berjalan RI yang kembali defisit. Hal ini juga merupakan tanda bahwa booming komoditas mulai berakhir.

Itu sebabnya ada tekanan pada mata uang Garuda hari ini.

RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

Artikel lain

Rupiah dipengaruhi oleh Fed, dolar mencapai Rp 15.500

(putaran/putaran)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *