Dulunya seorang sopir angkot lulusan SMA, Prajogo kini menjadi orang terkaya di Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia – Pemilik konglomerat Grup Barito Pacific, Prajogo Pangestu, kini menjadi orang terkaya di Indonesia dan menggeser posisi Low Tuck Kwong ke Robert Budi Harton dan Michael Harton (Duo Hartono).

Berdasarkan laporan Forbes Real Time Billionaires, kekayaan bersih Prajogo mencapai $37,4 miliar. Ia mengungguli Low Tuck Kwong yang memiliki aset mencapai US$26,5 miliar. Hal Prajogo menduduki peringkat 1 daftar orang kaya di Indonesia dan ke-32 orang terkaya di dunia.

Kekayaannya disebut-sebut mengalami peningkatan yang sangat besar setelah beberapa perusahaannya tercatat di Bursa Efek Indonesia. Kedua emiten yang dimaksud adalah saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

Prajogo Pangesta bisa dibilang salah satu taipan yang menapaki karir dari bawah. Putra seorang pedagang karet ini hanya bisa mengenyam pendidikan menengah pertama karena keterbatasan ekonomi keluarganya.

Di Kalimantan, Prajogo mendapat pekerjaan sebagai sopir angkutan umum rute Singkawang-Pontianak. Ia pun membuka usaha kecil-kecilan yang menjual bumbu dapur dan ikan asin.

Di tengah pekerjaannya, Prajogo bertemu dengan seorang pedagang kayu asal Malaysia bernama Burhan Uray. Dari pertemuan tersebut, pada tahun 1969, Prajogo memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan Burhan, yaitu PT Djajanti Grup.

Berkat etos kerja yang kuat, Prajog berhasil mendapatkan posisi CEO Pabrik Kayu Lapis Nusantara setelah tujuh tahun mengabdi di grup yang membawahinya.

Prajogo menjabat CEO Grup Djajanti hanya selama satu tahun. Dia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan membeli perusahaan yang sedang mengalami krisis keuangan. Nama perusahaannya adalah CV Pacific Lumber Coy.

READ  Fiuh! Pengusaha masih enggan memarkir dolar ekspor di RI

Prajogo meminjam sejumlah dana dari bank untuk membeli perusahaan kayu tersebut. Hebatnya, ia mampu melunasi pinjaman tersebut hanya dalam waktu satu tahun. Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi PT Barito Pacific. Pada masa Orde Baru, perusahaan ini berkembang pesat dan menjadi perusahaan perkayuan terbesar di Indonesia.

Namun keberhasilan tersebut tidak menghalangi Prajoga untuk berkembang lebih jauh. Beliau semakin mengembangkan usahanya dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrichemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk.

Perusahaannya, Barito Pacific Timber, go public pada tahun 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific pada tahun 2007 setelah mengurangi bisnis kayunya.

Pada tahun 2007, Barito Pacific mengakuisisi 70% saham perusahaan petrokimia Chandra Asri yang juga diperdagangkan di BEI. Pada tahun 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia untuk menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021.

Pada tahun 2023, seperti disebutkan di atas, Prajogo akan memboyong kedua perusahaannya, CUAN dan BREN, ke Bursa Efek Indonesia.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel lain

Kejam! Raja Batubara RI Salip Kekayaan Pemilik Djarum-BCA

(fsd/fsd)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *