Jakarta, CNBC Indonesia – Saham Asia Pasifik cenderung berfluktuasi pada awal perdagangan Rabu (6/12/2023), dimana investor masih cenderung Tunggu dan lihat memantau publikasi data ekonomi penting di kawasan.
Hingga pukul 08:30 WIB, Nikkei 225 Jepang melonjak 1,48%, ASX 200 Australia melonjak 1,23%, dan KOSPI Korea Selatan melonjak 0,38%.
Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,34%, Shanghai Composite China turun 0,18%, dan Straits Times Singapura turun 0,23%.
Dari Australia, perekonomiannya tumbuh sedikit lebih rendah dari perkiraan pada kuartal ketiga tahun 2023 karena lemahnya permintaan ekspor, khususnya ke Tiongkok, meskipun belanja domestik tetap kuat di tengah tingginya suku bunga dan inflasi.
Berdasarkan data Biro Statistik Australia, produk domestik bruto (PDB) Australia hanya meningkat sebesar 0,2% kuartal-ke-kuartal pada kuartal ketiga tahun 2023 (kuartal ke kuartal/qtq). Angka tersebut berada di bawah ekspektasi sebesar 0,3% dan melambat dari pertumbuhan sebesar 0,4% pada kuartal kedua tahun 2023.
Sementara itu, secara tahunan (setiap tahunPDB Negeri Kanguru tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni meningkat sebesar 2,1%. Namun jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2022 masih lebih baik.
Pasar bersiap menghadapi data PDB yang mengecewakan setelah data awal pekan ini menunjukkan Australia secara tak terduga membukukan defisit transaksi berjalan pada kuartal ketiga, terutama karena kontribusi ekonomi ekspor melemah karena lemahnya permintaan di pasar utama Tiongkok.
Ekspor pada kuartal ketiga tahun 2023 turun untuk pertama kalinya sejak Maret 2022 karena kondisi cuaca yang lebih hangat di seluruh dunia mengurangi ekspor batu bara dan LNG, sementara pelemahan ekonomi di Tiongkok menghambat pasokan bijih besi, salah satu ekspor terbesar negara tersebut.
Namun, hal ini diimbangi dengan kuatnya permintaan domestik di Australia, yang terus didukung oleh belanja pemerintah dan investasi modal yang stabil. Pemerintah meluncurkan serangkaian subsidi tahun ini untuk membantu meringankan dampak inflasi yang tinggi terhadap belanja rumah tangga.
Data yang dirilis hari ini menunjukkan bahwa meskipun perekonomian Australia melambat seperti yang diperkirakan oleh Reserve Bank of Australia/RBA, masih ada beberapa kekuatan yang dapat menjaga inflasi tetap stabil dalam beberapa bulan mendatang.
RBA membiarkan suku bunga tidak berubah pada hari Selasa namun menegaskan kembali peringatannya bahwa risiko inflasi terhadap perekonomian masih ada.
Di sisi lain, pasar saham Asia Pasifik cenderung mixed seiring dengan perubahan bursa saham Amerika (AS), Wall Street kemarin.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun 0,22% dan S&P 500 turun tipis 0,06%. Namun, Nasdaq Composite berakhir naik 0,31%.
Pergerakan Wall Street pada hari Selasa mengikuti penurunan pada hari Senin, menimbulkan pertanyaan apakah pasar telah bergerak terlalu cepat. Penurunan pada hari Senin terjadi setelah tren positif selama lima minggu berturut-turut.
Meskipun kinerjanya buruk baru-baru ini, ketiga indeks tersebut masih lebih tinggi secara triwulanan dan tahunan. Hal ini menggarisbawahi kekuatan reli pasar mengingat situasi saat ini.
“Hari ini hanya edisi kecil dari tema November ya masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan bahwa perdagangan tersebutmengambil risikoSudah selesaikata Rhys Williams, kepala strategi di Spouting Rock, mengacu pada kinerja pasar saham yang kuat di bulan-bulan terakhir tahun 2023.
Sementara itu, hasil (menghasilkan) Treasury AS tenor 10 tahun turun di bawah level kunci 4,2%. Langkah ini terjadi sebagai akibat dari data yang menunjukkan perlambatan di pasar tenaga kerja.
Lowongan kerja turun 617.000 dari bulan sebelumnya menjadi 8,73 juta pada Oktober 2023, level terendah sejak Maret 2021 dan di bawah konsensus pasar sebesar 9,3 juta.
Rilis data lowongan kerja terkini menambah optimisme pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan 13 Desember 2023.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch,Pelaku pasar 99,9% yakin The Fed akan mempertahankan suku bunga di 5,25%-5,5%.
Bahkan diperkirakan menurun pada Maret 2024. Optimisme ke arah tersebut mencapai 57,1%.
Di sisi lain, saham-saham teknologi menguat terutama setelah data tersebut, yang mendorong Nasdaq ke wilayah positif untuk sesi tersebut. Khususnya, saham-saham teknologi berkapitalisasi besar seperti Apple dan Nvidia naik lebih dari 2%.
RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel lain
Kekhawatiran mulai mereda, saham Asia mulai menghijau kembali
(chd/chd)
Quoted From Many Source