Jakarta, CNBC Indonesia – Rupee terpantau kembali menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menyusul rilis data lowongan kerja AS yang kembali mendingin. Hari ini, Kamis (12/7/2023), rupee masih dipengaruhi berbagai indikator, mulai dari neraca perdagangan China hingga cadangan devisa negara.
Data berjalan Refinitif, Rupiah ditutup menguat pada Rp 15.490/US$ atau menguat 0,06% pada perdagangan Rabu (12/6/2023) kemarin. Penguatan tersebut berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi pada hari sebelumnya.
Rupee menguat pasca rilis data ketenagakerjaan AS yang kembali melemah.
Pada Selasa (12/05/2023), AS merilis data lowongan kerja yang menunjukkan penurunan 617.000 dari bulan sebelumnya menjadi 8,73 juta pada Oktober 2023, level terendah sejak Maret 2021 dan di bawah konsensus pasar sebesar 9,3. juta.
Sepanjang bulan ini, jumlah lowongan pekerjaan turun di bidang kesehatan dan bantuan sosial (-236 ribu), uang dan asuransi (-168 ribu), serta real estate dan persewaan (-49 ribu).
Di sisi lain, lowongan di bidang informasi meningkat (+39 ribu). Dalam hal distribusi regional, penurunan lapangan kerja terjadi di wilayah Selatan (-289.000), Barat Tengah (-193.000), Barat (-83.000) dan Timur Laut (-52.000).
Hal ini menunjukkan bahwa inflasi di AS akan dapat ditekan di masa depan seiring dengan menurunnya jumlah lowongan kerja yang tersedia, sehingga lapangan kerja bagi angkatan kerja semakin sedikit.
Selain data Amerika Serikat, investor juga akan mencermati data Tiongkok yakni neraca perdagangan yang diperkirakan meningkat pada periode November 2023.
Berdasarkan konsensus yang dikumpulkan oleh Pdt ekonomi Bisnis, Angka neraca perdagangan Tiongkok diperkirakan mencapai $58 miliar. Pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya sebesar USD 56,5 miliar.
Meski tumbuh, nilai ekspor Tiongkok diperkirakan tumbuh negatif 1,1%. Sementara impor naik sebesar 3,3%, cenderung flat dibandingkan periode sebelumnya yaitu sebesar 3%.
Sementara itu, investor domestik akan mencermati rilis data makroekonomi Indonesia seperti Cadangan devisa Indonesia periode November 2023.
Diketahui, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2023 masih tinggi yakni sebesar USD 133,1 miliar, turun dibandingkan posisi akhir September 2023 sebesar USD 134,9 miliar.
Penurunan posisi cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh pelunasan utang luar negeri pemerintah dan perlunya stabilisasi nilai tukar rupee sebagai upaya mengantisipasi dampak limpahan (spillover effect) akibat meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai didukung oleh stabilitas dan prospek perekonomian yang terjaga, sejalan dengan respons bauran kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Rupiah Teknis
Secara teknikal secara 1 jam rupiah masih bergerak dalam tren penguatan, saat ini ada kemungkinan penguatan jangka pendek ke posisi Rp 15.485/US$. Posisi ini didapat dari garis rata-rata 50 jam. atau rata-rata pergerakan 50 (MA50).
Meski begitu, perlu diwaspadai jika terjadi pembalikan arah pelemahan, tepatnya di Rp 15.510/US$, posisi ini bertepatan dengan garis 200 rata-rata per jam atau moving average 200 (MA200).
Foto: Tradingview
Pergerakan rupee terhadap dolar AS
|
RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel lain
Tren Rupee Terus Melemah, Akankah Hari Ini Berbalik?
(tsn/tsn)
Quoted From Many Source