BI Perkirakan Pertumbuhan Kredit 10-13% di 2024, Ekonom: Sulit!


Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit akan tetap tinggi pada tahun 2024 di tengah tahun politik akibat pemilihan presiden tahun 2024. Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan kredit akan meningkat sebesar 10% hingga 12% pada tahun depan.

“Pertumbuhan kredit akan meningkat, pertumbuhan kredit akan meningkat menjadi 10% hingga 12% pada tahun 2024 dan kemudian kembali meningkat menjadi 11% hingga 13% pada tahun 2025,” kata Perry dalam Rapat Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Rabu (29/1). 11 2023).

Para ekonom menganggap proyeksi itu sulit. Namun hal tersebut dapat tercapai jika penyaluran kredit diarahkan pada sektor tertentu.

“Karena infrastruktur yang bekerja saat ini tidak banyak kan? Infrastruktur lah yang sebenarnya menghasilkan banyak kredit. Itu banyak. Kalau perusahaan lain, kecil dan kecil,” kata Kepala Ekonom INDEF Aviliani usai PTBI, Rabu (29/11/2023).

Kedua, dia mengatakan perusahaan cenderung mendapat izin, seperti perusahaan pertambangan, hanya setelah pemilihan umum (pemilu).

Menurut Aviliani, kredit yang akan meningkatkan kredit saat ini cenderung berupa modal kerja atau investasi ekspansi. Ia mencontohkan, industri makanan, minuman, dan manufaktur yang perlu berekspansi karena permintaan yang semakin meningkat.

“Jadi saya kira 10-12%, mungkin bisa asalkan infrastrukturnya terus berjalan. Kedua, menciptakan usaha-usaha di bidang manufaktur yang berhubungan dengan skala besar dan menciptakan lapangan kerja,” jelasnya.

Aviliani pun mengomentari pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengimbau perbankan tidak terlalu banyak memarkir uangnya pada Surat Berharga Negara (SBN), Surat Berharga Bank Indonesia Rupiah (SRBI), dan Surat Berharga Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI).

READ  Ganjar Pranowo Singgung Minim Pupuk di Banyak Daerah, Ini Jawaban Presiden Jokowi

Aviliani yakin hal itu wajar karena perbankan pasti akan mengikuti bisnis ini.

“Bank mengejar bisnis. Jika tidak ada yang meminta bisnis, di mana lagi bank mau menaruh uang?” dia berkata.

Dia menjelaskan, BI menerbitkan instrumen baru tersebut karena pemerintah belum menerbitkan surat berharga. Jadi likuiditasnya banyak.

“Kalau BI tidak menyerap, ada risiko capital flight. Jadi ini antara makroprudensial dan mikroprudensial. Jadi menurut saya perbankan sendiri kalau ada permintaan pasti akan memberikan pinjaman itu,” pungkas Aviliani.

Menurut dia, permasalahannya adalah rendahnya permintaan pinjaman. Oleh karena itu, Aviliani kembali menegaskan arah penyaluran kredit ke sektor mana harus jelas.

“Karena sekarang mereka bilang ini Sunset untuk semua jenis. Eh, belum tentu Sunset kan? Nah, karena belum jelas arah ke sektor mana, sekarang perbankan,” ujarnya. menyimpulkan.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel lain

Fiuh! Pertumbuhan pinjaman perbankan di bawah target, inilah penyebabnya

(fsd/fsd)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *